Konflik Perbatasan Thailand-Kamboja Memasuki Hari ke-11: Pertempuran Sengit di Pursat dan Tuntutan Gencatan Senjata
BANGKOK/PHNOM PENH – Ketegangan militer di wilayah perbatasan antara Thailand dan Kamboja dilaporkan semakin memanas hari ini, Rabu (17/12/2025). Pertempuran yang kini memasuki hari ke-11 telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang meluas dan memicu kebuntuan diplomatik di kawasan Asia Tenggara.
Eskalasi di Medan Tempur
Laporan terbaru dari garis depan di wilayah Pursat menunjukkan bahwa militer Thailand terus meluncurkan serangan artileri dan penggunaan drone bom untuk menekan posisi pasukan Kamboja. Militer Thailand mengklaim telah berhasil mengamankan titik strategis di Bukit 500, di mana mereka melaporkan penyitaan sejumlah besar artileri dan senjata buatan China milik pasukan Kamboja.
Hingga sore ini, jumlah korban jiwa dari kedua belah pihak dilaporkan telah mencapai sedikitnya 52 orang, dengan ratusan lainnya luka-luka. Militer Kamboja menuduh Thailand menggunakan taktik agresif, sementara Bangkok menegaskan bahwa operasi tersebut adalah upaya kedaulatan untuk memukul mundur penyusupan.
Syarat Gencatan Senjata yang Kaku
Upaya diplomatik untuk menghentikan pertumpahan darah masih menemui jalan buntu. Pemerintah Thailand secara resmi menyatakan bahwa mereka hanya akan menyetujui gencatan senjata jika Kamboja menjadi pihak pertama yang mengeluarkan pengumuman resmi untuk menghentikan permusuhan.
“Kami menunggu komitmen nyata dari pihak Kamboja di hadapan komunitas internasional sebelum kami menghentikan operasi pertahanan kami,” ujar juru bicara militer Thailand dalam konferensi pers pagi ini.
Dampak Kemanusiaan dan Blokade Ekonomi
Konflik ini telah memaksa ratusan ribu warga sipil di kedua sisi perbatasan untuk meninggalkan rumah mereka. Ribuan sekolah di provinsi-provinsi perbatasan telah ditutup tanpa batas waktu yang ditentukan. Namun, dalam perkembangan terbaru, Angkatan Laut Thailand mulai mencabut jam malam di beberapa sektor yang dianggap stabil guna memungkinkan warga mengakses bantuan logistik.
Secara ekonomi, Thailand telah memperketat tekanan dengan menghentikan pengiriman pasokan bahan bakar yang transit melalui Laos menuju Kamboja. Langkah ini diambil untuk memutus rantai logistik militer Kamboja, namun dikhawatirkan akan memicu krisis energi bagi warga sipil di Kamboja.
Reaksi Regional
ASEAN dan komunitas internasional terus mendesak kedua negara untuk segera kembali ke meja perundingan. Krisis ini menjadi ujian besar bagi stabilitas kawasan di akhir tahun 2025, terutama di tengah fokus Thailand yang juga sedang menjadi tuan rumah ajang olahraga SEA Games 2025.
Para analis memperingatkan bahwa jika kesepakatan tidak segera dicapai dalam 48 jam ke depan, risiko keterlibatan kekuatan asing dalam pasokan senjata dapat memperpanjang durasi konflik ini.
Sumber Informasi Utama:
- Update Militer Perbatasan Thailand-Kamboja (Desember 2025).
- Laporan Koresponden Regional Asia Tenggara.
